Postingan

Menampilkan postingan dari 2018

Ku Nantikan Kita Sampai Esok

Gambar
MR_ Jika benar adanya Engkau adalah senjaku Maka kunantikan hadirmu  Di penghujung hari esok Tak peduli bila tirai hujan  Menjadi pemisah bias cahayamu dan bola mataku Tak peduli jika awan mendung menyelimuti Aku hanya ingin kau hadir dengan sederhana Meski remang dan tanpa kemilaunya jingga Aku menantimu di penghujung hari Dalam sepi dan dinginnya rindu Hingga malam yang kan membawa kita pulang Kedalam dekapan yang saling menghangatkan Dan bila esok kau tak datang Maka benar pulahla Kita hanya puing puing kenyataan Yang tak kunjung dipersatukan

Akhir

Gambar
Aku temukan rindu pada bayangan senja dibola matamu, Pancaran warna jingga kala itu, Tiada kusangka menjadi akhir senja kita berdua, Ribuan kali senja pernah kita tatap bersama, Pancaran sinarnya menyatukan warna langit dan laut, Mengindahkan semesta tanpa membedakan, Tenggelam demi muncul kepermukaan, Hingga senja yang kesekian, Tak sanggup lagi ku tatap, Sinarnya berbekas ribuan kenangan, Hingga rindu laksana memperolok keteguhan penantian, Akhir mentari pada sore yang sepi, Hanya menebar ingatan ke semesta bumi, Rindu pun menyeruak pada riak ombak yang menepi, Senja tak lagi indah bagai sedia kala, Tentang rindu yang kau tinggalkan, Tak hanya menyesakkan ku seorang, Melainkan menghilangkan pula satu kesempurnaan senja, Keindahannya dikala ku nikmati bersama mu. _MR_

Menunggu

Gambar
Aku yang bersalah Telah bermain dengan dusta Membiarkannya menodai cinta Hingga aku terlena dalam mendua Dan kaupun pergi di waktu senja Lambaian tangan isyarat pamit meski terluka Langkah demi langkahmu kian menjauhkan kita Meninggalkan cinta yang dulu pernah ada Mimpi hilang ditelan bayang bayang Hati merinti jika mengenang Rindu semakin menggarang Jiwa terhakimi kasih dan sayang Aku tak lagi perkasa membawa rasa Sebab dosa yang melenakan raga Nafsu telah membabi buta Dan kau telah tiada, entah dimana Aku akan tetap disini menanggung dosa Menyaksikan setiap senja yang menepi Menanti bersama segenap rindu di hati Berharap dikau kasih, akan kembali Berilah aku walau setitik kesempatan Untuk menyerahkan segalanya Aku adalah milikmu Maafkan aku 

Demonstran

Gambar
Jalan di kota kota kembali ramai Asap hitam menggumpal Tebal dan pekat Mengangkasa teriakan Menggema di antara bangunan Antrean panjang pengemudi Terbentang luas nan berserakan Jalan di kota kota kembali ramai Keringat demonstran mengalir membungkam debu Sentakan kaki demonstran menjinakkan bumi Kepalan tangan demonstran menggetarkan penguasa Jalan di kota kota semakin ramai Para pejuang bertarung menagi janji Telah sadar jika rumah tak damai lagi Mereka turun ke jalan Mengobarkan api tanda peringatan Ban ban bekas menjelma arang laksana simbol perlawanan Revolusi !!! Revolusi !!! Revolusi !!! Sampai mati !!! Aparat berdatangan Kami lawan Aparat pun melawan Bentrok tak terhindarkan Aparat punya peluru Kami punya batu

Kumpulan Sajak

Gambar

ADA JIWA YANG TAK LAGI BERGELORA

telah redup kah api telah ciut kah badai tak terbit lagi kah mentari telah mangkat kah nurani aku tak merasakannya lagi lumpuh kakiku tak mampu lagi melangkah lumpuh tanganku tak lagi mampu mengkepal akupun tahu ini inginmu buta mataku tak lagi sanggup memandang derita mereka tuli telingaku tak sanggup mendengar jeritan mereka inilah yang tuan inginkan terjerat di kubang penindasan hanya mampu bergerak tunduk harapan kamipun kau tentukan hingga mati dengan perlahan tak bisa kami hindarkan

KEKUASAAN

"Kekuasaan" Mereka mengatakan Aku barang rebutan Bagaikan rembulan Yang jadi idaman Tak lagi menghiraukan Ini lawan atau kawan Asalkan bisa mendapatkan Diriku yang tampan rupawan Aku adalah kekuasaan Tuhan segala kebijakan Sekali ku tanda tangan Miliaran rupiah ku dapatkan Aku adalah kekuasaan Sang pemilik kebijaksanaan Mengendalikan kejahatan Demi menjaga keseimbangan Kejarlah aku Impikan aku Niscaya kau Mendapatkanku

FRUSTASI

"Frustasi" Ingin ku tanam diriku biar tak nampak kepermukaan Akan kujadikan santapan cacing cacing kelaparan Tergerogoti hingga taktersisah kemudian Agar semesta jeda menertawakan Apalah daya bila terus berjalan di hamparan alam raya Bila teriakan syair hanyalah kesombongan yang bersolek Menggiring ke muara persemayaman kemunafikan Kesadaran tak lagi merasakan rindu Keikhlasan terkalahkan oleh fatamorgana kemolekan duniawi Tinggallah sukma tak bernilai esensi manusiawi Dan jasad tak lebih dari sekumpulan daging yang menunggu untuk membusuk Aku telah habis bung, aku kalah dengan diriku sendiri Telah aku beri ruang pada hasrat untuk membabi buta Yang kini membawaku menuju kubangan lumpur Lumpur yang menyeret para petuah ambisi.

BERPOLITIK DEMI APA DAN UNTUK SIAPA

BERPOLITIK DEMI APA DAN UNTUK SIAPA oleh: MR_ _Negeri Indonesia tegak berdiri di atas gugusan ribuan pulau yang saling terpisah namun memilih menyatu dalam dekapan ibu Pertiwi._ _Negeri Indonesia terlihat tampan dan cantik rupawan berhias beragam suku serta budayanya._ _Negeri Indonesia tak lekang oleh gelapnya kebiadaban zaman sebab pluralnya keyakinan yang ada laksana lilin lilin tiada padam menerangi jalan._ (mr_) Sajak singkat dalam menggambarkan keistimewaan anugerah yang Maha Kuasa turunkan kepada Negeri Indonesia yang sangat langka manusia jumpai di Negeri lain. Sebuah kebanggaan bagi kita sebagai satu kesatuan bangsa yang memiliki keistimewaan ini dan tentunya patut kita syukuri dengan tanpa merendahkan bangsa bangsa yang lain. Sejalan pada cara pandang Bung Karno yang mengatakan Rakyat Indonesia haruslah memiliki jiwa Nasionalisme atau kecintaan yang tinggi terhadap Indonesia namun tetap menghormati bangsa yang lainnya dan bukan menanam nilai Chauvinisme. Keindah...

Nestapa perindu

Gambar
Telah berulang purnama bertahta pada malam yang pekat Memamerkan ke anggunannya Menyinari mayapada yang tak berujung Dan selama itu pula telah tuan menempatkan satu insan di dermaga waktu Menunggu kembalinya tuan demi bertahta di bilik yang telah hamba sumpahkan hanyalah untuk tuan seorang Dimana kah tuan kini berlabuh bersama perahu kasih itu Apakah tuan tak lagi merasakan dinginnya angin yang terhempas ke dalam pori pori Hingga tuan pun lupa bila kehangatan telah bersamaku dalam menyambut kepulangan tuan Sungguh, jauh betul tuan ku mangkat bersama teduh yang dulu menenteramkan qalbu Hingga sekolong langit sepetala bumi Hanya membisu jikalau hamba bertanya kabar padanya. MR

Perempuan ku

Gambar
Sayangku andaipun kau pahami menuntut ilmu bukanlah hanya sekedar berusaha, memperoleh selembar kertas legitimasi akademisi, tidak hanya sekedar meraih prestasi nilai tertinggi, melainkan lebih dari semua itu. Sayangku sejatinya buah hatimu tak ingin sampai kau pahami perihal demikian, sebenarnya buah hatimu sedikit tenang bila kau tak mengenal "dia". Yah, "dia" si beban pundak yang tak berwujud namun bervolume, si beban hati yang tak berwujud namun mempunyai massa, si beban akal yang tak teraba, namun kerab hadir menyapa. Sayangku untuk perihal si "dia" jangan lagi kau coba pahami, cukup si buah hati yang mengerti. Sayangku kebun dan ladang lebih indah bila di bajak karena banyak menyimpan rahasia hidup dan kehidupan bukan kah kita bersal dari tanah? maka bajaklah ia dengan kasih sayangmu, demi kehidupan tunas muda dan si buah hati. Sayangku kerutan semakin banyak di pipi kalian, tenaga semakin berkurang aku lihat, mungki...

Pena Hitam

Pena hitam terus saja jadi solusi Memecah kebuntuan dan segenap keresahan hati Memicu kebangkitan ide dalam intuisi Lalu mengalir kedalam sehelai syair puisi Mungkin aku gila jika benda mati Kujadikan kawan dalam hidup ini Bermesraan dengannya di waktu malam sepi Kemudian larut dalam tarian jari jemari Pena hitam teramat lihai soal merayu Menjelma bagaikan miras yang tabu Menawarkan rasa candu yang menggebu Nalarpun mabuk kala mengukir huruf satu demisatu Ku hasilkan kalimat yang rancu Berawal hulu hingga hilir buku Namun cobalah engkau pahami wahai bungaku Sang pena hitam hanya hendak menyampaikan satu rindu 

Sayangku

Gambar
aku mencintaimu dengan seisi daya yangku miliki dan ingin kubawa dikau mengarungi samudera tak bertepi benar, daku bukanlah sang kaisar Cecar bukan nabi Yusuf, bukan Romeo bukan pula si majnun Qais atau si Dilan benar, mereka adalah sang maestro maestro dalam dunia cinta tapi aku memiliki pena yang beda untuk menuliskan kisah cinta kita aku mencintaimu sayang biar pun alam tak menganggap terhalang oleh restu Tuhan sini, bersandar di dadaku sayang akan ku Kukisahkan keyakinan cinta dua insan adam dan hawa dikatakan terpisah lalu disatukan sini, sayangku biarlah tubuh kita rebahkan bersama segala kerinduan

Kerudung Merah

Aku pernah melihat mu di kursi itu, mengenakan kerudung merah dengan tatapan mata berkaca, menahan isak mungkin lantaran malu pada senja, bila sampai kau meneteskan beningnya air mata. Aku pernah melihatmu disana, menyaksikan rupa malam yang merangkak, menggeser seja menghiasi langit, seakan menanti sebuah alasan ataukah jawaban dari penatian yang tak kunjung pulang. Aku pun pernah ingin menyapa mu di bangku itu, menyapu sepi yang menghalangi, hingga kau tak lagi mendengar irama gesekan daun alang alang, namun kusadar bukan aku yang kau harap, menyapu sepi yang menyelimuti hati. Aku pun pernah mencarimu disana, namun hanya bangku usang yang kudapati, serta rasa kelukaan yang kau titip pada angin, kemanakah dirimu wahai si kerudung merah, rasanya senja hilang satu warna di sore itu.

Kapal Tua

Kita masih saja bergulat dengan tujuannya mau kemana padahal usia tak lagi muda. Sebenarnya, tujuan pernah jelas namun apa daya si kapal tua bedah nahkoda beda pula kompasnya, beda generasi berbeda juga persepsi ideologi. Konflik kapal tua sebenarnya, telah dimulai sejak masih berada di alam ide, benturan konsep serta gagasan mewarnai wadah wadah diskusi di pinggiran jalan, di pelabuhan bahkan di hutan, dan setelah pembuatannya yang masih tergolong sangat sederhana lantaran konflik yang tak kunjung mereda, kapal tua yang berusia muda kala itu tepatnya tahun 1945 melalui soekarno-hatta, berkumandang kepada khalayak bahwa kami telah siap berlayar mengarungi samudera demi cita-cita bangsa, kami telah siap membelah ombak menerjang badai, kami telah siap menghancurkan karang bila menghalang. Seiring berjalannya waktu yang tak pernah merasa lelah pelayaran kapal tua kerap menghadapi gonjangan para pembajak. Rupa pembajak bervariasi ada yang berkulit putih ada yang berkulit hitam dan saw...

Keinginan

Aku hanya ingin tidur di pangkuanmu lalu membelai rambutku yang ikal. Aku hanya ingin merasakan kasihmu lebih dekat dan mendengar kisah nenek moyang sebelum terlelap. Aku hanya ingin kau tak membangunkanku meski bel sekolah telah di bunyikan. Aku hanya ingin kau tak membangunkan ku walau hari kembali petang. Aku hanya ingin membuatmu menesteskan air mata sebagai bukti kasihmu suci. Aku hanya ingin beristirahat sejenak jangan bangunkan aku. Dan keinginanku kemudian hanyalah ingin menyudahi perjalanan panjang anak manusia di pangkuan tubuh mama'nya. Dari mama' aku keluar lalu pergi dan dari mama' pula aku ingin kembali walau aku tau tangisanmu akan berteman jeritan. Jeritan yang akan menggelar jeritan yang akan menundukkan keangkuhan semesta jeritan yang menjadi irama pengantar kepulangan. Maafkan aku.

Menolak Kata Merdeka

fajar merangkak di ufuk timur buruh bergegas ke arah sumur niatkan di hati karena Allah menimba air mensucikan tubuh mentari pagi membumbung tinggi saatnya sang buruh bergegas pergi mengais rezeki untuk anak istri di proyek bangunan yang belum jadi satu persatu buruh berdatangan mandor menanti tanpa perasaan hanya jargon yang kerap diteriakan "istanah harus lekas selesai jika tidak, upah tak akan diberikan" malang nasib negeri surga 71 tahun telah merdeka berangan meraih cita mulia namun apa daya para ROMUSA masih merajalela [MR. 02/04/2017] 

"Tentang Malam 09-Juli-2018"

Gambar
Malam telah kembali melangit bertaburan sepi Menggeser senja yang membumi di ufuk barat Malam mengangkasa dengan segala keheningannya Lalu kita mencoba melipat malam menjadi kalimat penghangat. Malam sering  hadir membawa serpihan kenangan Membanyangi  dalam lamunan Menyelimuti  dalam kehampaan Dan malam pun kian mencekam Namun ku ajak dikau menolak meratap pada malam. Kabut di gelapnya malam turun mengendap di pelupuk mata Menjadi penghalang usaha serta doa menuai kekhusyukan nya Namun malam sekali lagi tak punya kuasa Atas cahaya yang ku bawa meski temaram Niat menuntunmu bertemu jalan pulang pada kebahagiaan. Masih tentang malam yang perlahan merangkak ke poros barat Ternyata malam tak hanya menurunkan kabut melainkan juga hujan Laksana malam pun tau Jika cahaya yang temaram nan sederhana Tak akan mampu meredakan bahkan serintik pun. Malam begitu lihai dalam merayu Malam begitu perkasa dalam rasa Dan malam pun  tinggal menanti Aku ber...

Hambamu

"Hambamu"  Aku tak sedang menghianatimu  sebab larutku dalam hisapan asap nikotin dan hembusannya. Aku tak sedang mendurhakaimu lantaran keberadaan sebatang tembakau petani melekat rayu di jemari kananku. Aku hanya sedang bercanda gurau Aku hanya seolah-olah engkau tak tahu apa-apa tentang ku. Padahal engkau tau aku lebih dari pada aku sendiri. Aku sedang berpura-pura bersembunyi dari takdirmu Padahal engkau dan takdirmu bersemayam suci dalam qalbuku. Oh Tuhan, kawan sejati dikala sepi, cahaya abadi di dasar hati Aku tak sedang menghianatimu, aku tak sedang mendurhakaimu. Engkau lebih paham aku dari pada aku Engkau lebih mengerti hatiku dari pada aku. Wahai Kawan sejati dikala sepi, cahaya abadi di dasar hati. Engkau tarikan nafasku dan hembusannya adalah kasihmu Muhammad. Aku tak sedang menghianatimu.