Kerudung Merah
Aku pernah melihat mu di kursi itu,
mengenakan kerudung merah dengan tatapan mata berkaca,
menahan isak mungkin lantaran malu pada senja,
bila sampai kau meneteskan beningnya air mata.
Aku pernah melihatmu disana,
menyaksikan rupa malam yang merangkak,
menggeser seja menghiasi langit,
seakan menanti sebuah alasan ataukah jawaban
dari penatian yang tak kunjung pulang.
Aku pun pernah ingin menyapa mu di bangku itu,
menyapu sepi yang menghalangi,
hingga kau tak lagi mendengar irama gesekan daun alang alang,
namun kusadar bukan aku yang kau harap,
menyapu sepi yang menyelimuti hati.
Aku pun pernah mencarimu disana,
namun hanya bangku usang yang kudapati,
serta rasa kelukaan yang kau titip pada angin,
kemanakah dirimu wahai si kerudung merah,
rasanya senja hilang satu warna di sore itu.
mengenakan kerudung merah dengan tatapan mata berkaca,
menahan isak mungkin lantaran malu pada senja,
bila sampai kau meneteskan beningnya air mata.
Aku pernah melihatmu disana,
menyaksikan rupa malam yang merangkak,
menggeser seja menghiasi langit,
seakan menanti sebuah alasan ataukah jawaban
dari penatian yang tak kunjung pulang.
Aku pun pernah ingin menyapa mu di bangku itu,
menyapu sepi yang menghalangi,
hingga kau tak lagi mendengar irama gesekan daun alang alang,
namun kusadar bukan aku yang kau harap,
menyapu sepi yang menyelimuti hati.
Aku pun pernah mencarimu disana,
namun hanya bangku usang yang kudapati,
serta rasa kelukaan yang kau titip pada angin,
kemanakah dirimu wahai si kerudung merah,
rasanya senja hilang satu warna di sore itu.
Komentar
Posting Komentar